Jumat, 13 November 2009

Perekonomian Indonesia Membaik


Bank Indonesia memproyeksikan Produk Domestik Bruto tahun 2009 berkisar 4 sampai 4,5 persen, lebih baik dari perkiraan dan kinerja perekonomian kawasan. Untuk tahun 2010, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. Konsumsi rumah tangga juga diperkirakan tumbuh lebih tinggi didorong oleh daya beli masyarakat yang stabil dan keyakinan konsumen yang masih terjaga. Hal ini diungkapkan Suhaedi, peneliti utama Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia, dalam seminar bertajuk Economic Outlook 2010, di Jakarta.

Investasi diperkirakan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan perbaikan permintaan dan menguatnya optimisme pelaku usaha. Posisi cadangan devisa sampai akhir triwulan III-2009 mencapai 62,3 miliar dollar AS atau setara 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri peme rintah. Kinerja neraca pembayaran Indonesia diperkirakan mencatat surplus yang membaik dan memberi dukungan pada stabilitas nilai tukar. "Memperhatikan kondisi global yang makin kondusif serta kebijakan yang ditempuh, perekonomian Indonesia on the right track, sekarang tinggal kecepatannya apakah lamban atau cepat. Hal ini ditentukan oleh kinerja tim ekonomi dalam kabinet dan didukung birokrasi yang bersih dan efisien," kata Suhaedi.

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, Bramantyo Djohanputro, Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia PPM Manajemen Bramantyo Djohanputro menyatakan, perbankan selaku lembaga perantara perlu didorong untuk menyalurkan kredit lebih besar. Caranya, dengan menekan suku bunga khususnya deposito dan menurunkan suku bunga SUN. "Selain itu pemerintah harus mendorong pengembangan sistem penyaluran kredit sehingga memenuhi syarat perbankan dan produktif, khususnya bagi usaha kecil dan menengah. Perlu pengembangan sistem jaminan atau asuransi untuk mengelola risiko kredit perbankan, khususnya kredit untuk UMKM," kata Bramantyo menambahkan. "Perusahaan asing perlu didorong untuk berinvestasi di Indonesia. Hal ini disertai peningkatan pembelanjaan baik pemerintah pusat dan daerah maupun individu untuk produk domestik," ujarnya. Beberapa hal yang perlu segera dibenahi adalah birokrasi, keamanan dan kepastian hukum berbisnis, serta infrastruktur. (Evy-Made-Jkt,Kompas.com).


Menkeu APEC Rilis Pernyataan Bersama


Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), Kamis (12/11), mulai memasuki puncak dengan pertemuan kepala negara. Kemarin, para menteri keuangan dan ekonomi dari ke-21 negara anggota, sepakat berupaya menggariskan kebijakan moneter yang mendorong stabilitas harga dan kekuatan fundamental ekonomi.

Pernyataan bersama para menteri keuangan APEC dikeluarkan usai pertemuan selama dua hari. Tapi, kebijakan moneter yang coba digariskan akan disesuaikan dengan kondisi pemulihan pascakrisis finansial masing-masing ekonomi anggota. Menteri Keuangan Sri Mulyani ikut menghadiri pertemuan dan jumpa pers bersama para koleganya.

Tahun lalu, pertemuan APEC di Peru, menghasilkan kesepakatan untuk menurunkan suku bunga dan mengambil langkah penyelamatan perbankan. Kali ini, fokus berada pada upaya koordinasi pascapemulihan. (BJK/YUS-Liputan6.com,Singapura).

APEC Diduga Pertahankan Stimulus hingga Pemulihan


Presiden Barack Obama dan para kepala negara lain dari Asia Pasifik akan menghadiri KTT APEC pekan ini dan akan merumuskan suatu strategi global baru untuk mengurangi ketimpangan dunia yang disalahkan sebagai pemicu krisis keuangan global. Negara-negara yang tergabung di dalam APEC termasuk Amerika Serikat, Jepang dan China diperkirakan akan berikrar pekan ini untuk tetap mempertahankan kebijakan program stimulus mereka dan mendorong dicapainya persetujuan perdagangan global dalam 2010 guna memacu pemulihan ekonomi yang berkesinambungan.
 
Para pemimpin dari kelompok Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) itu juga akan berusaha menetapkan beberapa momentum untuk perundingan global tentang perubahan cuaca bulan depan di Kopenhagen. Para pemimpin dari 21 negara paling besar di dunia itu akan mengadakan KTT mereka di Singapura akhir pekan ini (14-15/11) dalam usaha memperbaiki perdagangan global dan pertumbuhan dunia. Menteri keuangan, menteri perdagangan dan menteri luar negeri mereka juga akan mengadakan KTT tersendiri di hari yang sama.

Perekonomian negara anggota APEC diperhitungkan mencapai 54% produk domestik bruto (PDB) global, 44% perdagangan dunia dan 40% populasi dunia, dan KTT mereka kali ini ditujukan untuk menciptakan perdagangan bebas dan zona investasi mulai 2020 untuk meningkatkan pertumbuhan, menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi biaya bisnis dan membangun masyarakat Asia -Pasifik. Para pemimpinnya akan berikrar mempertahankan kebijakan stimulus ekonomi hingga terjaminnya pemulihan yang dapat bertahan lama, kata draft komunike mereka. Amerika Serikat sudah menjadikan undang-undang rencana stimulus $787 miliar dan paket stimulus di Asia jumlahnya mencapai lebih $1 triliun, kata hasil penelitian Standard & Poors.

Perubahan Lansekap Pasca Kisis
Para pemimpin APEC akan memajukan sebuah "paradigma pertumbuhan" baru untuk perubahan lansekap pasca krisis, dan memperluas agenda perdagangan untuk meningkatkan Integrasi Ekonomi Regional (REI) guna menghindarkan model "pertumbuhan sebagaimana biasa" di masa lalu, kata draft komunike mereka. APEC akan mendorong dilakukannya berbagai usaha untuk mencapai persetujuan baru guna memangkas tarif dan subsidi dalam Putaran Doha WTO (Organisasi Perdagangan Dunia). Perundingan itu ditujukan untuk mencapai persetujuan yang tersendat selama delapan tahun, dan APEC diperkirakan akan memperingatkan bahwa meningkatnya praktek proteksionisme hanya akan memperdalam kemerosotan ekonomi dunia. Mereka akan mengikrarkan "pengendalian sepenuhnya" di dalam mengimplementasikan langkah-langkah yang memiliki dampak proteksionis, bahkan untuk yang dianggap konsisten dengan WTO.

Para pemimpin APEC akan menegaskan komitmen politik tingkat tinggi mereka untuk mengusahakan agar Putaran Doha bisa mencapai kemajuan substantif di dalam perundingan-perundingannya. Meski bukan sebagai badan yang berkaitan dengan isu perubahan iklim, APEC akan berusaha mencapai posisi umum mengenai emisi karbon sebelum diselenggarakannya perundingan tentang isu tersebut oleh PBB di Kopenhagen bulan depan.

KTT CEO APEC hari Jum’at dan Sabtu akan melibatkan 1.500 peserta di dalam sebuah event bisnis besar di kawasan Asia-Pasifik, yang akan membicarakan berbagai isu seputar pemulihan ekonomi global, apakah krisis sudah berakhir bagi pendapatan korporat, penurunan nilai dolar, kekhawatiran terhadap resesi ganda di dalam perekonomian global, dan peran teknologi hijau di dalam perekonomian baru.

Keanggotaan APEC termasuk negara-negara kaya seperti Amerika Serikat, Australia dan Jepang dan sejumlah negara ekonomi yang sedang bangkit dengan pertumbuhan paling cepatnya, termasuk China, Malaysia, Vietnam, Thailand dan Indonesia. Anggota APEC lainnya adalah Brunei, Kanada, Chili, Kamboja, Hong Kong, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Pilipina, Singapura, Korea Selatan dan Taiwan. (Rtr/sy.a)