Jumat, 13 November 2009

APEC Diduga Pertahankan Stimulus hingga Pemulihan


Presiden Barack Obama dan para kepala negara lain dari Asia Pasifik akan menghadiri KTT APEC pekan ini dan akan merumuskan suatu strategi global baru untuk mengurangi ketimpangan dunia yang disalahkan sebagai pemicu krisis keuangan global. Negara-negara yang tergabung di dalam APEC termasuk Amerika Serikat, Jepang dan China diperkirakan akan berikrar pekan ini untuk tetap mempertahankan kebijakan program stimulus mereka dan mendorong dicapainya persetujuan perdagangan global dalam 2010 guna memacu pemulihan ekonomi yang berkesinambungan.
 
Para pemimpin dari kelompok Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) itu juga akan berusaha menetapkan beberapa momentum untuk perundingan global tentang perubahan cuaca bulan depan di Kopenhagen. Para pemimpin dari 21 negara paling besar di dunia itu akan mengadakan KTT mereka di Singapura akhir pekan ini (14-15/11) dalam usaha memperbaiki perdagangan global dan pertumbuhan dunia. Menteri keuangan, menteri perdagangan dan menteri luar negeri mereka juga akan mengadakan KTT tersendiri di hari yang sama.

Perekonomian negara anggota APEC diperhitungkan mencapai 54% produk domestik bruto (PDB) global, 44% perdagangan dunia dan 40% populasi dunia, dan KTT mereka kali ini ditujukan untuk menciptakan perdagangan bebas dan zona investasi mulai 2020 untuk meningkatkan pertumbuhan, menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi biaya bisnis dan membangun masyarakat Asia -Pasifik. Para pemimpinnya akan berikrar mempertahankan kebijakan stimulus ekonomi hingga terjaminnya pemulihan yang dapat bertahan lama, kata draft komunike mereka. Amerika Serikat sudah menjadikan undang-undang rencana stimulus $787 miliar dan paket stimulus di Asia jumlahnya mencapai lebih $1 triliun, kata hasil penelitian Standard & Poors.

Perubahan Lansekap Pasca Kisis
Para pemimpin APEC akan memajukan sebuah "paradigma pertumbuhan" baru untuk perubahan lansekap pasca krisis, dan memperluas agenda perdagangan untuk meningkatkan Integrasi Ekonomi Regional (REI) guna menghindarkan model "pertumbuhan sebagaimana biasa" di masa lalu, kata draft komunike mereka. APEC akan mendorong dilakukannya berbagai usaha untuk mencapai persetujuan baru guna memangkas tarif dan subsidi dalam Putaran Doha WTO (Organisasi Perdagangan Dunia). Perundingan itu ditujukan untuk mencapai persetujuan yang tersendat selama delapan tahun, dan APEC diperkirakan akan memperingatkan bahwa meningkatnya praktek proteksionisme hanya akan memperdalam kemerosotan ekonomi dunia. Mereka akan mengikrarkan "pengendalian sepenuhnya" di dalam mengimplementasikan langkah-langkah yang memiliki dampak proteksionis, bahkan untuk yang dianggap konsisten dengan WTO.

Para pemimpin APEC akan menegaskan komitmen politik tingkat tinggi mereka untuk mengusahakan agar Putaran Doha bisa mencapai kemajuan substantif di dalam perundingan-perundingannya. Meski bukan sebagai badan yang berkaitan dengan isu perubahan iklim, APEC akan berusaha mencapai posisi umum mengenai emisi karbon sebelum diselenggarakannya perundingan tentang isu tersebut oleh PBB di Kopenhagen bulan depan.

KTT CEO APEC hari Jum’at dan Sabtu akan melibatkan 1.500 peserta di dalam sebuah event bisnis besar di kawasan Asia-Pasifik, yang akan membicarakan berbagai isu seputar pemulihan ekonomi global, apakah krisis sudah berakhir bagi pendapatan korporat, penurunan nilai dolar, kekhawatiran terhadap resesi ganda di dalam perekonomian global, dan peran teknologi hijau di dalam perekonomian baru.

Keanggotaan APEC termasuk negara-negara kaya seperti Amerika Serikat, Australia dan Jepang dan sejumlah negara ekonomi yang sedang bangkit dengan pertumbuhan paling cepatnya, termasuk China, Malaysia, Vietnam, Thailand dan Indonesia. Anggota APEC lainnya adalah Brunei, Kanada, Chili, Kamboja, Hong Kong, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Pilipina, Singapura, Korea Selatan dan Taiwan. (Rtr/sy.a)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar